Sunday, 27 January 2019

Serendipity by Erisca Febriani

Serendipity



Synopsis
Dulunya, Arkan dan Rani adalah sepasang kekasih. Tiba-tiba di sebuah taman kota, Arkan mengikrarkan kalau ia membenci Rani.

Bagi Arkan Rani adalah murid yang harus dikeluarkan dari sekolah. Dengan cara apapun , usaha apapun, Arkan mengerahkan kemamannya.

Rani tahu Arkan membencinya. Rani tahu ini kesalahannya. Tapi Arkan seharusnya mendukungnya. Ia sedang berusaha bertahan hidup.
\
Dengan segala kemampuannya, dengan segala perisai dan kekuatannya. Rani berusaha bertahan dan berdiri tegas.\
\
Sampai Akhirnya Arkan tahu satu hal…kebencian itu perlahan-lahan memudar karena terkuaknya seluruh kenyataan dan kedatangan seseorang yang hadir menjadi pelita bagi Rani.\
[***]\
\
Cerita dimulai saat Arkan melihat Rani memakai pakaian yang sedikit terbuka bersama pria dewasa keluar dari sebuah hotel. Otomatis pikiran negative Arkan muncul begitu saja. Kemudian ia berikrar memutuskan Rani di Taman Vanda dan mulai saat itu Arkan membenci Rani.\

“Kadang, memang selucu itu, mereka yang dulu bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol tentang apapun , kini bahkan tidak tahu bagaimana caranya mengucapkan “hai” atau selamat pagi” \

Penderitaan Rani tak cukup sampai disitu, mulailah menyebarnya foto-foto Rani bersama Andre hingga membuat kesan seolah Rani adalah seorang wanita yang tidak baik {wanita malam}\ Padahal,  Rani bukan menjadi pelacur—melainkan hanya seorang lady escort untuk menemani Andre berjudi.  \
\
Awalanya Rani mencoba bertahan menjalani kehidupannya, namun mengetahui Arkan sangat membencinya perihal tersebut.  Ia berusaha tetap terlihat tegar. Ia ingin seperti bunga kesukaannya.\
\
“Dandelion itu sama kaya kamu. Dandelion yang kuat tegar, dan selalu membawa kebahagiaan untuk orang-orang.”….”yang terpenting dalam hidup itu adalah bagaimana cara kamu menghargai orang lain, menyebarkan kebahagiaan untuk orang-orang sekitar kamu.”

\
Rani sangat kecewa tentu saja, akibat foto tersebut teman-teman disekolahnya mulai menjauhi dirinya termasuk Jane—sahabat terbaiknya. Padahal apa yang dilihat mereka tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Sayangnya, Rani tidak bisa menjelaskan fakta yang ada karena menurut Rani, teman-teman Rani tidak akan mengerti kesulitan apa yang ia alami. Dan ia belum siap untuk menceritakan hal tersebut, kecuali pada Gibran karena hanya pria itu yang masih mau menjadi temannya \
\
“Lo nggak tau apa-apa Gib, Ada sesuatu di dunia ini nggak bisa diubah. Kalau seseorang ngebenci lo, bagaimana cara lo pengin terlihat baik, semua pasti bakal kelihatan salah di matanya. Lo nggak usah ikut campur dengan urusan gue. Karena orang-orang yang selalu ngurusin urusan orang lain selamanya adala orang yang nggak pernah nguruin urusannya sendiri.”\\
Awalnya Gibran menyarankan agar Rani berhenti dari pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain. Sayangnya Rani tidak bisa keluar begitu saja terkait Rani masih terikat utang-piutang dengan Andre. Ya keinginan kadang memang tak selaras dengan kenyataan menurut saya. Jadi wajar aja sih kalau Rani sempet tersinggung sama Gibran.\

“Tapi dunia nggak pernah seadil itu,Gib. Mungkin bagi lo yang punya keluarga lengkap dan kehidupan yang cerah, masa depan adalah sesuatu yang undah. Karena lo punya orang tua yang selalu ngedukung keinginan-keinginan lo. Sekolah lo juga enak karena nggak pernah mikirin hal-hal itu,kan?”\

Akhirnya Gibran menjual gitar-gitar kesayangannya karena ingin membantu Rani. Ia tidak ingin Rani menderita lagi dan terbebas dari hutang-hutangnya. Meskipun besar pengorbanan Gibran nyatanya tidak bisa membuat Rani jatuh hati padanya.\

“Nyerah bukan berate kalah,kan? Tapi karena gue sadar, ada hal-hal yang nggak bisa gue paksain untuk jadi milik gue.”\

“kalau ada kesempatan,jangan disia-siain karena lo nggak ernah tahu , apa kesempatan itu datang dua kali.”\\

Tentu saja hati Rani masih tertuju pada Arkan sekalipun dibenci olehnya. Arkan tentu saja membenci Rani setelah menegtahui fakta bahwa hancurnya keluarganya karena ayah Arkan selingkuh dengan Ibu Rani.\

Dan bagaimanapun caranya ia ingin Rani menderita tak peduli apapun caranya yang terpenting rasa sakit hatinya terbalaskan. Ketika harapannya terwujud—Rani dikeluarkan dari sekolah, semuanya berubah begitu saja. Semua orang menyesal karena kehilangan Rani dan satu persatu masalah akhirnya terselesaikan.\

“Aku nggak bakal bisa ngebenci kamu, aku nggak bisa ngebohongin diriku sendiri. Manusia emang begitu ya, harus ngerasain kehilangan dulu untuk bisa lebih ngehargai perasaan. Maaf kalau aku udah sering buat kamu nangis, jujur, aku sama aja kaya nyiksa dir sendiri tiap kali lihat diriku berhasil buat kamu nangis dan benci sama aku.”\\
\

“Dalam hidup Tuhan ngasih banyak kebetulan. Dan kebetulan itu sebenarnya adalah cara untuk ngebimbing kita dalam takdir.”\\

[***]

“Kebetulan yang berujung meneyenangkan.orang biasanya nyebut serendipity sama kayak Issac Newton yang akhirnya bisa ngerti tentang gravitasi lewat buah apel yang nggak sengaja jauh di kepalanyaatau kaya Archimedes nggak sengaja nemuin  hukum Archimedes waktu lagi mandi.”\\
\
Yaps kebetulan yang meneyenangkan akhirnya saya bisa menyelesaikan cerita ini setelah sekian lama baru sekarang sempat baca cerita ini. Mohon maaf kalau saya menceritakan kembali cerita ini sedikit berantakan *maklum lagi period, jadi mood berantakan wkwk.\
\
Dibanding Dear Nathan, jujur saya lebih menyukai cerita ini. Meskipun sama-sama kisah remaja, entahlah saya tertarik karena si Erisca seolah mengajak pembaca untuk menikmati kesan dark dari sisi Rani. Tentang perjuangan hidupnya yang nggak mudah menyadarkan kita kalau sepatutnya kita ini harus menjadi pribadi yang seperti filosofi dandelion.\
\
Pembawaan ceritanya yang enak dibaca, namun ada beberapa hal terkadang sebenarnya tidak perlu untuk dijabarkan sih. Karakter di dalam novel juga rasanya pas sama porsinya buat ngaduk emosi. Dan gue suka makna serendipitynya dijelaskan di akhir itu ngena banget deh. \
\
Overall, saya kasih 4 dari 5 untuk novel ini

No comments:

Post a Comment