DIKUTIP DARI:
JAKARTA, KOMPAS.com -- Sukses dengan tetralogi novel "Laskar Pelangi"
membuat nama penulis dari Belitung, Andrea Hirata (38), mulai diperhitungkan
dalam dunia penulisan Indonesia maupun mancanegara. Namun, di balik suksesnya,
ada kisah lucu sekaligus miris yang pernah Andrea alami berkait novelnya.
"Waktu jalan-jalan di suatu daerah, saya
pernah ditawarin versi bajakan buku saya sendiri, 'Laskar Pelangi'. Tapi saya enggak kasih tahu penjualnya kalau saya penulisnya," ungkapnya
dalam wawancara di Gramedia Matraman, Jakarta Timur.
Pengalaman menarik itu diceritakannya untuk
membuktikan bahwa minat baca di Indonesia semakin meningkat. Apa korelasinya?
Berdasarkan hasil tesis seseorang yang disampaikan kepadanya, buku bajakan
"Laskar Pelangi" bisa mencapai empat kali lipat dari aslinya.
"Saya ikhlaskan saja. Tapi itu bukti lho. Minat baca di Indonesia naik pesat. Ada data yang saya peroleh,
sebanyak 1.500 judul buku baru per bulan terbit di Indonesia. Itu satu indikasi
bahwa minat baca terus meningkat," tutur Andrea.
Yang membuat
hatinya semakin miris ternyata pelaku pembajakan buku adalah big player dengan
keuntungan besar dan susah untuk ditangani.
Penulis Andrea Hirata mendapatkan penghargaan
Novelis Motivator atas novel larisnya, Laskar Pelangi dalam Peringatan Hari Hak
Kekayaan Intelektual Sedunia tingkat Nasional 2012.
Ia menyambut baik penghargaan ini, tapi juga
memiliki keprihatinan yang mendalam.
Keprihatinan tersebut adalah mengenai novelnya
yang sering mengalami pembajakan. Bahkan, menurutnya, novel bajakannya lebih
laris hingga empat kali lipat dari novel aslinya.
Saat ini Andrea telah menghasilkan empat novel
tetralogi; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov yang laris
di pasaran.
Laskar Pelangi sudah diterjamahkan ke dalam 23
bahasa asing, dan dipasarkan di luar negeri. Andrea memiliki pengalaman yang
cukup menciutkan hati terkait dengan pembajakan novel.
”Suatu ketika saya datang di acara toko buku.
Saya tanda tangani 2,000 buku semuanya bajakan. Saya harus tanda tangan dengan
hati berderai-derai karena mereka tidak tahu itu bajakan,” ujarnya kepada
wartawan di Kompleks Istana Wakil Presiden, Selasa (8/5).
Andrea juga mengaku didekati oleh penerbit asal
Amerika Serikat Farrar, Straus and Giroux (FSG) yang menyarankan dirinya untuk
tidak menulis dalam Bahasa Indonesia dan tidak mengedarkan di Indonesia, karena
jumlah bajakan yang sudah lebih banyak.
Awalnya lelaki yang gemar memakai topi ini
memiliki pikiran membiarkan bukunya dibajak, karena untuk penjualnya mencari
nafkah. Namun, kemudian ia mengetahui bahwa yang menjadi pelaku pembajakan buku
adalah big player dengan keuntungan besar dan susah untuk ditangani.
Oleh karena itu ia mendorong pemerintah untuk
mengedepankan penegakan hukum.
”Law enforcement yang masih menjadi masalah
karena bajakan juga terkait masalah kultural dan ekonomi,” ujarnya.
Andrea yang hadir di Istana Wapres mengenakan
kemeja batik warna merah juga mengatakan, pernah ditawari novel Laskar
Pelangi versi bajakan saat dirinya sedang menyantap makanan di pinggir jalan di
Jakarta. Saat ini perkembangan tekonologi juga membantu proyek pembajakan buku.
Ia menambahkan, pemerintah harus peka terhadap
isu pembajakan karena jangan sampai penulis Indonesia tidak mau menghasilkan
karya bahasa sendiri karena khawatir dibajak.
"Saya berterima kasih atas penghargaan dari
HAKI, tapi ini harus jadi momentum untuk penegakan hukum,” kata lelaki asal
Bangka Belitung ini.
Pada peringatan hari Hak Kekayaan Intelektual di
Istana Wakil Presiden, Wakil Presiden Boediono memberikan penghargaan kepada
Prof Sidik (tokoh visioner), penemu obat herbal menghilangkan sakit; Ir. Oscar
Riandi (inventor) penemu piranti lunak yang mengubah ucapan menjadi tulisan;
tim Gatot Kaca pemenang Microsoft Imagine Club gabungan dari mahasiswa ITB dan
Telkom Bandung (generasi muda inovator); Institut Pertanian Bogor sebagai
kampus yang mencatat paten terbanyak – sebanyak 77 permohonan dalam lima tahun;
Ebiet G. Ade (pencipta lagu); Hendy Setiono (pengusaha inovatif) pemilik
jaringan Kebab Turki Baba Rafi; Irwan Hidayat (pengusaha inovatif) pemilik PT.
Sido Muncul; Sosrodjojo alm. (pengusaha inovatif) pemilik perusahaan Teh Botol;
PT. Paphros Terbuka (perusahaan inovator) pengguna piranti lunak 100 persen
asal Indonesia; Jaya Suprana pemilik HAKI tertua yang sukses; Ari Ginanjar
Agustiar (pelopor motivasi); Andrea Hirata (pelopor motivator) dan tim pembuat
film The Raid, film laga produksi Indonesia yang mempopulerkan bela diri pencak
silat ke dunia (inovator ekonomi kreatif).
Miris
ya teman-teman dengan nasib Andrea Hirata sekaligus beberapa penulis yang
pernah mengalami hal serupa, bagaimana pendapat kalian setelah membaca
pemberitaan di atas?
Memang
sih, gak semua penulis bisa legowo seperti Andrea Hirata, karekater penulis itu
beda-beda, ada yang kebakaran jenggot sampai ada yang pasrah belajar ikhlas
menanggapi hal tersebut. Bagaimana menurut kalian sendiri?
Sebenernya,
adanya buku bajakan itu kadang membantu para penikmat pembaca buku untuk
mempermudah mereka mendapatkan buku yang mereka inginkan tanpa merogoh kocek
dalam. Misalnya aja pelajar, mereka itu ya namanya bocah sekolah belum bisa
cari duit sendiri belum lagi kebutuhan primer masih seabrek terus kepingin beli
salah satu novel yang udah nangkring lama di toko buku yang harganya bisa buat
makan di kantin satu minggu. Beredarnya novel bajakan sendiri terkadang seperti
oase yang bisa menyalurkan rasa haus mereka akan bacaan dikala persediaan
pundi-pundi lagi menipis.
Ada
beberapa pendapat, buat tipikal orang gampang bosan; membeli novel yang terlalu
mahal sangat disayangkan mengingat novel yang harganya selangit Cuma bisa
terpakai sekali-dua kali untuk mengkikis rasa penasaran isi cerita tersebut.
Kalau udah bosan? Cuma buat pajangan? Diloakin?
Menurut
para penjual buku bajakan; selain mencari nafkah dari hasil dagangannya, mereka
juga ingin membantu para pembaca dengan kantong pas-pasan menjadikan novel
bajakan bisa jadi alternatif pilihan. Biasanya pembeli bisa dari kalangan
pelajar dan mahasiwa. Ada beberapa juga dari kalangan umum seperti Ibu rumah
tangga dan pegawai.
Kalau
dipikir-pikir bener kata Bang Andrea Hirata kita nggak bisa langsung main hakim
sendiri nyalahin si penjual bukunya. Si penjual kan juga sebagai penyalur doang
ya? Mereka juga Cuma berusaha mencari uang dari pekerjaannya.
Namun
apakah para penjual dan pembeli tidak terbesit memikirkan dampak buuku bajakan
tersebut? Para penulis dan penerbit pasti akan rugi dari segi finansial. Wajar
saja kalau harga buku asli lebih mahal. Untuk mencetak satu buku juga
diperlukan biasa untuk kualitas kertas yang maksimal, tinta, biaya pencetak,
juga tetek bengek lainnya(biaya editor,promosi dll) dengan beredarnya buku
bajakan yang kasarannya bisa dibilang Cuma fotokopian doang, jelas saja
harganya berbanding jauh. Tahukan perbandingan biaya fotokopi sama print? Ya sebelas
dua belas sama perbandingan novel asli vs kw. Jadi, beredarnya novel bajakan
selain menurunkan minat pembeli terhadap novel aslinya, akan berdampak pada
penghasilan penulis, dan orang-orang penerbit itu sendiri. Dengan begitu, minat
para penulis&penerbit juga ikut turun untuk menhasilkan sebuah karya. Jelas
saja semua akan rugi. Menurut kalian sendiri bagaimana? Siapa yang lebih patut
dipersalahkan?
Menyikapi
hal ini layaknya buah simalakama. Nggak jauh beda sama rokok. Kalau ada rokok
orang Indonesia pasti banyak yang penyakitan karena barang ini. Sementara jika
ditiadakan rokok, bagaimana nasib buruh pabrik rokok yang mendadak harus di
phk? Negara juga akan rugi mengingat rokok salah satu penyumbang berpengaruh
untuk pembangunan negara.
Di
sini saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Saya ingin Cuma membuka mata hati
kalian untuk bersikap lebih bijak. Apakah kalian mau membeli novel asli atau
kw-kw’an.hal ini juga berlaku untuk semua buku tidak untuk novel saja.
Dikutip
dari GOODREADS:
Selamat
untuk kalian yang masih berpegang teguh untuk memilih novel/buku asli sebagai
bacaan kalian. Untuk mengantisipasi kalian dari perbuatan penipuan yang kadang
terjadi, saya memberikan tips membedakan novel asli dan kw sebelum membeli.
Dikutip:
GOODREADS
Kalau
masih bingung paling gampang ya beli buku di toko buku yang terpecaya aja
langsung ya
Sekarang,
buat kalian yang masih berbaik hati masih peduli terhadap nasib penulis dan
penerbit tapi kalia ragu untuk membeli novel asli namun masih terganjal faktor
ekonomi di sini saya memberi sedikit tips untuk mengatasi hal tersebut:
1. Pinjam!!!
Yaps. Ini paling mainstream banget! Kalau lagi kepepet ya
pinjem aja buku ke teman yang punya selera dan genre yang sama kaya kamu.
Sayangnya, aku nggak begitu menyarankan hal ini. Mengingat tidak semua orang
luarnya boleh-boleh aja, tapi hatinya nggak ikhlas minjemin. Banyak yang curhat
sama aku, novelnya dipinjemin temennya tapi nggak dibalikin. Ada juga novelnya
dipinjem tapi balikinnya rusak sampai ada yang bilang “susah-susah beli novel, dia seenak jidat tinggal minjem doang? What
The F***” kita nggak bisa nyalahin juga sih, terkadang kalau kita pinjem
barang orang, seaakan kita lupa kalau itu barang berharga yang harus dijaga.
Karena bisa aja itu barang ngedapetinnya susah banget butuh
perjuangan extra. Mungkin aku lebih menyarankan kalian pinjam buku di
perpustakaan aja lah daripada hubungan sama teman kalian rusak. Perpustakaan
kan gudangnya buku noh? Tempatnya juga enak banget buat santai, sekaligus buat
para cowok-cowok yang sering modusin mbak penjaga perpusnya. Deuh! Wkwkwk. “tapi,
koleksi perpus kan belum tentu lengkap,kuno, terus nggak cocok sama yang kita
cari, gimana dong?” Ya udah, tenang wae masih banyak caraa...
2. E-book gratis!!
Udah bukan rahasia lagi, kalau mbah google itu pemecah
masalah tanpa masalah(iklan pegadaian wkwk) kalau punya paketan lebih, di jaman
yang seba canggih ini kita bisa kok baca buku dari semua situs blog,social
media, platfom aplikasi baca gratis. Sampai e-book gratis yang bisa diunduh
berbentuk pdf.
3. Nabung!!
Ini cara paling umum digunain kalian kan? Selain pinjem,
kalau udah keburu cinta, apapun bakal dilakuin. Termasuk rela puasa buat
ngumpulin uang ada pula yang sampai cari penghasilan tambahan. Cara ini bisa
melatih kita buat jadi mandiri loh! [bukan mandi sendiri (-_-) ]
4. Playstore
Udah nabung lama tapii duit masih belum terkumpul? Yaelah...
tenang aja sob kalian masih bisa beli novel yang kalian inginkan kok! dengan
separuh harga pula. Bisa bayar lewat pulsa loh kalau beli buku lewat playstore.
Kenapa separuh harga? Seperti namanya buku online, buku di playstore tidak
perlu biaya kertas dan tinta. Cukup biaya untuk royalti penulis dan
administrasi pajak tetek bengek atau apa gitu.
5. PERPUSTAKAAN
ONLINE!!!
Siapa yang tadi bilang perpustakaan bukunya lengkap,kuno,dan
belum tentu cocok sama kalian? Beuhh.... sekarang mah jangankan toko baju yang
bisa online, perpustakaan aja sekarang juga bisa online juga loh. Sebenarnya
tiap daerah pasti punya website perpustakaan daerah-nya onlinenya
masing-masing. Salah satunya yang paling beken aplikasi playsore iJak. Jakarta
punya nih! Selain menyediakan segudang buku non fiksi bermanfaat, buku fiksi
dan novelnya keren-keren loh. Masih fresh! Dan banyak yang best seller. Cara
pinjamnya juga mudah pula. Ini mah aplikasi baru tapi membantu!!! Untuk ingil
lebih tahu jelasnya, kalian bisa cek sendiri aku kasih sedikit review doang:
Sekian dari postingan aku
di tengah malam ini, sambil ditemenin nonton Cansu&Hazal, mohom maaf
bila ada kesalahan dalam postingan hari ini. Saran dan komentar akan diterima dengan
baik. Udah nggak kontroversi hati lagi kan? Wkwk.
Semoga bermanfaat (^_^)