Setiap
manusia memiliki cara yang berbeda-beda untuk mengekspresikan suasana hati yang
sedang dialaminya. Entah marah,sedih,bahagia atau salah satunya sedang jatuh
cinta. Dari yang cari perhatian sampai yang katanya anak muda itu pendekatan
alias pedekate yang juga salah satu cara mereka mengunkapkan perasaan mereka.
Namun tahukah kalian bahwa tidak semua orang bisa mengungkapkan perasaan mereka
secara gamblang kepada orang lain. Ada kalanya mereka menyimpan rasa itu sediri
di dalam sanubari. Terkadang keadaang juga membuatnya tidak mudah. Dan salah
satunya seperti Eleanor Valensi. Menguapkan segala rasa yang berkecamuk di dada
dengan beranalogi melalui puisi. Di sinilah bagian menariknya. Semua yang
diungkapkan berasal dari hati memang akan terlihat begitu indah hasilnya. Bak
puisi seperti para pujangga yang
memiliki nilai seni tersendiri. Kali ini Eleanor akan menshare beberapa isi
hatinya eksklusif di blog ini. Sekedar informasi, tujuan postingan ini dibuat karena
puisi salah satu seni sastra yang menyiratkan isi hati penulisnya secara
tersurat. Semoga postingan hari ini bisa menginspirasi, bahwa apa yang kita
ungkapkan melalui sastra jauh akan terlihat bernilai dibanding berkoar-koar di
status medial sosial akan terlihat “nyampah” di mata orang lain. Jadi buatlah
dirimu lebih berharga di mata orang lain. Mengerti?
Dari kesulurahan puisinya tadi ada salah satu
puisi buatannya yang aku suka, makna puisi sama diksi-diksimya soalnya
menyentuh banget, coba baca deh!
kita
masih sama-sama terdiam
berbisik
pada awan
mengucap
rindu pada remublan
entah
sudah berapa purnama kita bersama
sejak
aku mengenalmu
dan
kau mengenalkan diri kepadaku
terkadang
kita saling berprasangka kau berpikir begini begitu kepadaku
akupun
berpikir begini begitu kepadamu
maka
sebelum hati kita merajut prasangka
cukuplah
kita melayangkan doa ke angkasa
agar
gelak kita dapat bersama
tanpa
ada aroma dusta
dan
secawan nestapa
wahai
Elenor Valensi
No comments:
Post a Comment