Monday, 15 August 2016

KONTROVERSI HATI: NOVEL ASLI VS NOVEL BAJAKAN



DIKUTIP DARI:

JAKARTA, KOMPAS.com -- Sukses dengan tetralogi novel "Laskar Pelangi" membuat nama penulis dari Belitung, Andrea Hirata (38), mulai diperhitungkan dalam dunia penulisan Indonesia maupun mancanegara. Namun, di balik suksesnya, ada kisah lucu sekaligus miris yang pernah Andrea alami berkait novelnya. 


"Waktu jalan-jalan di suatu daerah, saya pernah 
ditawarin versi bajakan buku saya sendiri, 'Laskar Pelangi'. Tapi saya enggak kasih tahu penjualnya kalau saya penulisnya," ungkapnya dalam wawancara di Gramedia Matraman, Jakarta Timur. 


Pengalaman menarik itu diceritakannya untuk membuktikan bahwa minat baca di Indonesia semakin meningkat. Apa korelasinya? Berdasarkan hasil tesis seseorang yang disampaikan kepadanya, buku bajakan "Laskar Pelangi" bisa mencapai empat kali lipat dari aslinya. 


"Saya ikhlaskan saja. Tapi itu bukti 
lho. Minat baca di Indonesia naik pesat. Ada data yang saya peroleh, sebanyak 1.500 judul buku baru per bulan terbit di Indonesia. Itu satu indikasi bahwa minat baca terus meningkat," tutur Andrea.


Yang membuat hatinya semakin miris ternyata pelaku pembajakan buku adalah big player dengan keuntungan besar dan susah untuk ditangani.


Penulis Andrea Hirata mendapatkan penghargaan Novelis Motivator atas novel larisnya, Laskar Pelangi dalam Peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia tingkat Nasional 2012. 


Ia menyambut baik penghargaan ini, tapi juga memiliki keprihatinan yang mendalam.


Keprihatinan tersebut adalah mengenai novelnya yang sering mengalami pembajakan. Bahkan, menurutnya, novel bajakannya lebih laris hingga empat kali lipat dari novel aslinya.


Saat ini Andrea telah menghasilkan empat novel tetralogi; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov yang laris di pasaran. 


Laskar Pelangi sudah diterjamahkan ke dalam 23 bahasa asing, dan dipasarkan di luar negeri. Andrea memiliki pengalaman yang cukup menciutkan hati terkait dengan pembajakan novel.


”Suatu ketika saya datang di acara toko buku. Saya tanda tangani 2,000 buku semuanya bajakan. Saya harus tanda tangan dengan hati berderai-derai karena mereka tidak tahu itu bajakan,” ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Wakil Presiden, Selasa (8/5).


Andrea juga mengaku didekati oleh penerbit asal Amerika Serikat Farrar, Straus and Giroux (FSG) yang menyarankan dirinya untuk tidak menulis dalam Bahasa Indonesia dan tidak mengedarkan di Indonesia, karena jumlah bajakan yang sudah lebih banyak.


Awalnya lelaki yang gemar memakai topi ini memiliki pikiran membiarkan bukunya dibajak, karena untuk penjualnya mencari nafkah. Namun, kemudian ia mengetahui bahwa yang menjadi pelaku pembajakan buku adalah big player dengan keuntungan besar dan susah untuk ditangani.


Oleh karena itu ia mendorong pemerintah untuk mengedepankan penegakan hukum.

”Law enforcement yang masih menjadi masalah karena bajakan juga terkait masalah kultural dan ekonomi,” ujarnya.


Andrea yang hadir di Istana Wapres mengenakan kemeja batik warna merah juga mengatakan,  pernah ditawari novel Laskar Pelangi versi bajakan saat dirinya sedang menyantap makanan di pinggir jalan di Jakarta. Saat ini perkembangan tekonologi juga membantu proyek pembajakan buku.


Ia menambahkan, pemerintah harus peka terhadap isu pembajakan karena jangan sampai penulis Indonesia tidak mau menghasilkan karya bahasa sendiri karena khawatir dibajak.

"Saya berterima kasih atas penghargaan dari HAKI, tapi ini harus jadi momentum untuk penegakan hukum,” kata lelaki asal Bangka Belitung ini.


Pada peringatan hari Hak Kekayaan Intelektual di Istana Wakil Presiden, Wakil Presiden Boediono memberikan penghargaan kepada Prof Sidik (tokoh visioner), penemu obat herbal menghilangkan sakit; Ir. Oscar Riandi (inventor) penemu piranti lunak yang mengubah ucapan menjadi tulisan; tim Gatot Kaca pemenang Microsoft Imagine Club gabungan dari mahasiswa ITB dan Telkom Bandung (generasi muda inovator); Institut Pertanian Bogor sebagai kampus yang mencatat paten terbanyak – sebanyak 77 permohonan dalam lima tahun; Ebiet G. Ade (pencipta lagu); Hendy Setiono (pengusaha inovatif) pemilik jaringan Kebab Turki Baba Rafi; Irwan Hidayat (pengusaha inovatif) pemilik PT. Sido Muncul; Sosrodjojo alm. (pengusaha inovatif) pemilik perusahaan Teh Botol; PT. Paphros Terbuka (perusahaan inovator) pengguna piranti lunak 100 persen asal Indonesia; Jaya Suprana pemilik HAKI tertua yang sukses; Ari Ginanjar Agustiar (pelopor motivasi); Andrea Hirata (pelopor motivator) dan tim pembuat film The Raid, film laga produksi Indonesia yang mempopulerkan bela diri pencak silat ke dunia (inovator ekonomi kreatif).

Miris ya teman-teman dengan nasib Andrea Hirata sekaligus beberapa penulis yang pernah mengalami hal serupa, bagaimana pendapat kalian setelah membaca pemberitaan di atas?

Memang sih, gak semua penulis bisa legowo seperti Andrea Hirata, karekater penulis itu beda-beda, ada yang kebakaran jenggot sampai ada yang pasrah belajar ikhlas menanggapi hal tersebut. Bagaimana menurut kalian sendiri?

Sebenernya, adanya buku bajakan itu kadang membantu para penikmat pembaca buku untuk mempermudah mereka mendapatkan buku yang mereka inginkan tanpa merogoh kocek dalam. Misalnya aja pelajar, mereka itu ya namanya bocah sekolah belum bisa cari duit sendiri belum lagi kebutuhan primer masih seabrek terus kepingin beli salah satu novel yang udah nangkring lama di toko buku yang harganya bisa buat makan di kantin satu minggu. Beredarnya novel bajakan sendiri terkadang seperti oase yang bisa menyalurkan rasa haus mereka akan bacaan dikala persediaan pundi-pundi lagi menipis.

Ada beberapa pendapat, buat tipikal orang gampang bosan; membeli novel yang terlalu mahal sangat disayangkan mengingat novel yang harganya selangit Cuma bisa terpakai sekali-dua kali untuk mengkikis rasa penasaran isi cerita tersebut. Kalau udah bosan? Cuma buat pajangan? Diloakin?

Menurut para penjual buku bajakan; selain mencari nafkah dari hasil dagangannya, mereka juga ingin membantu para pembaca dengan kantong pas-pasan menjadikan novel bajakan bisa jadi alternatif pilihan. Biasanya pembeli bisa dari kalangan pelajar dan mahasiwa. Ada beberapa juga dari kalangan umum seperti Ibu rumah tangga dan pegawai.

Kalau dipikir-pikir bener kata Bang Andrea Hirata kita nggak bisa langsung main hakim sendiri nyalahin si penjual bukunya. Si penjual kan juga sebagai penyalur doang ya? Mereka juga Cuma berusaha mencari uang dari pekerjaannya.  

Namun apakah para penjual dan pembeli tidak terbesit memikirkan dampak buuku bajakan tersebut? Para penulis dan penerbit pasti akan rugi dari segi finansial. Wajar saja kalau harga buku asli lebih mahal. Untuk mencetak satu buku juga diperlukan biasa untuk kualitas kertas yang maksimal, tinta, biaya pencetak, juga tetek bengek lainnya(biaya editor,promosi dll) dengan beredarnya buku bajakan yang kasarannya bisa dibilang Cuma fotokopian doang, jelas saja harganya berbanding jauh. Tahukan perbandingan biaya fotokopi sama print? Ya sebelas dua belas sama perbandingan novel asli vs kw. Jadi, beredarnya novel bajakan selain menurunkan minat pembeli terhadap novel aslinya, akan berdampak pada penghasilan penulis, dan orang-orang penerbit itu sendiri. Dengan begitu, minat para penulis&penerbit juga ikut turun untuk menhasilkan sebuah karya. Jelas saja semua akan rugi. Menurut kalian sendiri bagaimana? Siapa yang lebih patut dipersalahkan?

Menyikapi hal ini layaknya buah simalakama. Nggak jauh beda sama rokok. Kalau ada rokok orang Indonesia pasti banyak yang penyakitan karena barang ini. Sementara jika ditiadakan rokok, bagaimana nasib buruh pabrik rokok yang mendadak harus di phk? Negara juga akan rugi mengingat rokok salah satu penyumbang berpengaruh untuk pembangunan negara.

Di sini saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Saya ingin Cuma membuka mata hati kalian untuk bersikap lebih bijak. Apakah kalian mau membeli novel asli atau kw-kw’an.hal ini juga berlaku untuk semua buku tidak untuk novel saja.

Dikutip dari GOODREADS:



Selamat untuk kalian yang masih berpegang teguh untuk memilih novel/buku asli sebagai bacaan kalian. Untuk mengantisipasi kalian dari perbuatan penipuan yang kadang terjadi, saya memberikan tips membedakan novel asli dan kw sebelum membeli.

Dikutip: GOODREADS
Kalau masih bingung paling gampang ya beli buku di toko buku yang terpecaya aja langsung ya 


Sekarang, buat kalian yang masih berbaik hati masih peduli terhadap nasib penulis dan penerbit tapi kalia ragu untuk membeli novel asli namun masih terganjal faktor ekonomi di sini saya memberi sedikit tips untuk mengatasi hal tersebut:

1.     Pinjam!!!

Yaps. Ini paling mainstream banget! Kalau lagi kepepet ya pinjem aja buku ke teman yang punya selera dan genre yang sama kaya kamu. Sayangnya, aku nggak begitu menyarankan hal ini. Mengingat tidak semua orang luarnya boleh-boleh aja, tapi hatinya nggak ikhlas minjemin. Banyak yang curhat sama aku, novelnya dipinjemin temennya tapi nggak dibalikin. Ada juga novelnya dipinjem tapi balikinnya rusak sampai ada yang bilang “susah-susah beli novel, dia seenak jidat tinggal minjem doang? What The F***” kita nggak bisa nyalahin juga sih, terkadang kalau kita pinjem barang orang, seaakan kita lupa kalau itu barang berharga yang harus dijaga.
Karena bisa aja itu barang ngedapetinnya susah banget butuh perjuangan extra. Mungkin aku lebih menyarankan kalian pinjam buku di perpustakaan aja lah daripada hubungan sama teman kalian rusak. Perpustakaan kan gudangnya buku noh? Tempatnya juga enak banget buat santai, sekaligus buat para cowok-cowok yang sering modusin mbak penjaga perpusnya. Deuh! Wkwkwk. “tapi, koleksi perpus kan belum tentu lengkap,kuno, terus nggak cocok sama yang kita cari, gimana dong?” Ya udah, tenang wae masih banyak caraa...


2. E-book gratis!!

Udah bukan rahasia lagi, kalau mbah google itu pemecah masalah tanpa masalah(iklan pegadaian wkwk) kalau punya paketan lebih, di jaman yang seba canggih ini kita bisa kok baca buku dari semua situs blog,social media, platfom aplikasi baca gratis. Sampai e-book gratis yang bisa diunduh berbentuk pdf.


3. Nabung!!

Ini cara paling umum digunain kalian kan? Selain pinjem, kalau udah keburu cinta, apapun bakal dilakuin. Termasuk rela puasa buat ngumpulin uang ada pula yang sampai cari penghasilan tambahan. Cara ini bisa melatih kita buat jadi mandiri loh! [bukan mandi sendiri (-_-) ]


4. Playstore

Udah nabung lama tapii duit masih belum terkumpul? Yaelah... tenang aja sob kalian masih bisa beli novel yang kalian inginkan kok! dengan separuh harga pula. Bisa bayar lewat pulsa loh kalau beli buku lewat playstore. Kenapa separuh harga? Seperti namanya buku online, buku di playstore tidak perlu biaya kertas dan tinta. Cukup biaya untuk royalti penulis dan administrasi pajak tetek bengek atau apa gitu.



5. PERPUSTAKAAN ONLINE!!!

Siapa yang tadi bilang perpustakaan bukunya lengkap,kuno,dan belum tentu cocok sama kalian? Beuhh.... sekarang mah jangankan toko baju yang bisa online, perpustakaan aja sekarang juga bisa online juga loh. Sebenarnya tiap daerah pasti punya website perpustakaan daerah-nya onlinenya masing-masing. Salah satunya yang paling beken aplikasi playsore iJak. Jakarta punya nih! Selain menyediakan segudang buku non fiksi bermanfaat, buku fiksi dan novelnya keren-keren loh. Masih fresh! Dan banyak yang best seller. Cara pinjamnya juga mudah pula. Ini mah aplikasi baru tapi membantu!!! Untuk ingil lebih tahu jelasnya, kalian bisa cek sendiri aku kasih sedikit review doang:



Sekian dari postingan aku  di tengah malam ini, sambil ditemenin nonton Cansu&Hazal, mohom maaf bila ada kesalahan dalam postingan hari ini. Saran dan komentar akan diterima dengan baik. Udah nggak kontroversi hati lagi kan? Wkwk.

Semoga bermanfaat (^_^)

No comments:

Post a Comment