Friday, 29 April 2016

Resep Ala-ala || Es Gabus


Nah, daripada nganggur di rumah saat liburan. Iseng-iseng deh masak-masak sama calon chef yang beruntungnya jadi sahabat saya.

Nggak usah keluarin kocek banyak lah, ini juga simple lagi. Rasanya delicious deh, berasa makan es batu tapi lunak kaya jelly. Mau coba? Check it out deh resepnya.

Bahan :
Tepung hangkue
Air
Gula
Garam

Cara membuat:
·        Campur tepung hangkue, air, gula, garam. Lalu aduk-aduk
·        Masak hingga mendidih sambil diaduk-aduk
·        Tuang dalam cetakan. Tunggu dingin, lalu potong kotak-kotak.
·        Bungkus dengan plastik dan masukan ke dalam freezer. Tunggu hingga beku.
·        Siap di sajikan deh.




Gimana gampang dong... kalau menurut kalian susah mungkin gara-gara nggak punya kulkas mungkin :P. Oke deh yang mau coba, silahkan dan semoga berhasil

Thursday, 28 April 2016

Sebait Kata,Tersirat Makna dan Sebuah Luka



Beberapa hari yang lalu, saya pernah nangkep sebait puisi dari salah satu teman sebaya. Pas dibaca bagus banget sih. Namun, ada beberapa kata yang rasa-rasanya janggal ditelinga. Mungkin saya rasa ada satu atau dua kata diselipin bahasa daerah. Iseng deh saya tanyain, dan berakhirlah saya dan si penulis poem ini di sesi private chat membahas makna dibalik kata-kata didalamnya. Coba deh kalian baca dan hayati. Apa bisa ketebak cerita tersembunyi dibalik sajak sederhana di bawah ini.



Ø  Kupu-kupu jangan pergi.

Ø  Tunggu hingga senja melembayung.

Ø  Tunggu hingga awan menangis.

Ø  Kan ku kukut tampias hujan

Ø  Untuk membunuhmu

Oleh:Elen N.

Tik ... tok ...

Udah nangkep belum? Atau kamu sebenernya malah keasikan baca?

Oke deh, buat yang penasaran coba kita telah’ah atu-atu.

Ø  Kupu-kupu jangan pergi [aku(si penulis) lagi deket sama seseorang. Dia (si doi) itu bagai kupu-kupu yang indah, selalu memberi warna dalam keseharianku selama ini. Tapi tiba-tiba dia nemuin yang baru(dalam artian dia deket cewek lain) lalu aku merasa dia akan pergi dari hidupku.]

Ø  Tunggu hingga senja melembayung [aku tahu, aku hanya matahari yang panas. Terkadang, aku berpikir dia mungkin kesel sama aku karena aku udah menghalangi aktivitasnya( dalam artian pdkt sama cewek lain) padahal aku nggak pernah menghalangi dia sedikitpun. Toh dia yang selama ini menghubungi aku. Aku kesel sama dia. Aku ngerasa dirinduin sama dia kalau musim hujan(dalam artian dia lagi sedih) liat aja sampai matahari itu jadi senja melembayung. Sampai matahari menunjukkan keindahan cahayanya.]

Ø  Tunggu sampai awan menangis [ tunggu sampai dia galau lagi]

Ø  Kan ku kukut tampuan hujan untuk membunuhmu! [akan aku gunakan bocoran air hujan (dalam artian kegalauannya itu) untuk membalas dendam melebihi rasa sakit yang dia kasih ke aku dulu.]



Saya bacanya sampe speechless deh, semacam cerita korban cerita segitiga gitu. Pasti lah masa-masa anak SMA kadang nggak luput dari hal beginian. Tidak semua orang bahagia dengan hubunganmu. Jadi buat si doinya Elen, pesan dari saya sih lebih peka aja sama sekitar.


Wednesday, 27 April 2016

PERJODOHAN || Twivortiare 2 by: Ika Natasha


Ceritanya, di postingan hari ini saya mau repost lagi for about opinion Alexandra saat jadi #KonsultasiRelantionship pas ngejawab twitter @lispalui lagi curcol masalah perjodohan nih simak:

Kadang karena sebel dijodohin, kita jadi langsung antipati dan males sama orang yang dikenalin sama kita. Padaha dia nggak salah. :}}}



It never hurts to meet new people, i think. Kalai nggak jadi pacar, ya jadi temen. Kalai jadi temen nggak cocok, ya udah.

Truth is, karena kita dibuai oleh konsep romantisme Hollywood, we often romantize how we’re supposed to meet. The one.

Terjebak di lift bareng, rebutan taksi, senggolan terus barang-barangnya jatuh dia nolongin, itu namanya kismet. Kismet itu jarang bok!

Lebih seringnya kita malah ketemu jodoh di sekeliling kita. Temen kerja, temenkuliah, temen sekoah, tetangga, temennya temen.

Gimana ketemu jodoh itu Cuma penting jika kita merasa perlu punya cerita yang menarik atau romantis atau aww pas ditanya orang.

In reality, lebih penting gimana membina hubungannya kok.



Tuesday, 26 April 2016

JUDGEMENT & FRIENDZONE || Twivortiare 2 by: Ika Natasha


Aisshhhh, sebenernya bingung sih judulnya nyambung nggak di edisi #KonsultasiRelationship versi Alexandra. Jadi simak nih moga aja dapat pencerahan buat kalian para friendzone yang lagi dilema ...

Quotes by Novel Ika Natasha – Twivortiare

Lagi pula, baik atau nggak itu relatid. Purelly subjective judgement.
Jadi nggak usah capek-capek banding-bandingin kisah cinta atau pencarian cinta lo dengan orang lain. You have your own story.

Dan nggak usah juga caspek-capek menilai: “Ih dia nggak pantes banget sama si itu, pantesan gue”. Elo siapa juga punya hak menilai?

By the way, coba gue tanya deh, ada nggak di antara kalian yang naksir seseorang tapi nggak berani bilang? Karena takut dianya nggak suka terus jadi jauh dan bubar.

Saran gue: jangan pernah pakai kata “Teman”



Misalnya  : lo pake kata “Teman,” si laki-laki itu yang tadinya-mungkin-juga suka sama llo pasti agak-agak berubah.

Gue bingung juga jelasin gimana caranya nembak laki-laki secara halus, nggak pernah soalnya.

Tapi when i like somebody, i tell him.

Walau dengan kalimat sederhana “i think i like spending time with you. I don’t know why, i just do.”

Kalau perasaan itu berbalas, pasti laki-laki itu senyum agak berbunga-bunga.
Gini. Mending bilang tapi ditolak, atau diem-diem aja dan “menonton” dia mencintai orang lain eventually?

Nembak tapi ditolak itu fungsinya buat wake up call supaya lo move on dan  nggak mikirn yang itu aja.
Supaya berhenti berharap.

Sometimes women can be clueless. Naksir laki-laki, diem-diem aja, senyum-senyum aja, dan berharap si laki-laki namgkep. Man are not min readers!
Bilang aja. Cara bilangnya gue nggak bisa ngajarin. Lebih baik nangis 3 hari karena ditolak, daripada menangis dalam hati bertahun-tahun memendam rasa.


Dan selama lo masih berharap, lo otomatis menutup hati lo dari melirik yang lain. Yang rugi lo sendiri. Menutup kesempatan.

Monday, 25 April 2016

Ekspetasi pria idaman|| Twivortiare 2 by: Ika Natasha


For your information, saya selipin opini Alexandra tentang tipe pria idamannya buat masa depan itu gimana. Kalau di buku, Alexandra say, “Ekspetasi gue ke Beno(Pria idamannya yang udah jadi suami nih yee...) Cuma 3 :
Dia sayang
Dia tanggung jawab
Dia setia
Udah!

Perempuan-perempuan zaman sekarang itu banyak yang di rusak, ekspetasinya gara-gara film dan buku, mikirnya yang sempura itu kaya yang mereka tonton atau baca.


Padahal ya nggak. Yang penting itu lo nyaman sama dia, dan sebaliknya, terus ya udah yang 3 tadi.

Ridiculous kalo zaman sekarang masih mikir. “Pokoknya gue mau cowok yang keren kalau pake jas!” atau “Pokoknya gue mau suami dokter!”

Gara-gara itu, mata lo jadi tertutup ke laki-laki lain di sekeliling lo yang sebenarnya bisa lebih memenuhi emotional needs lo. Sayang, kan?

Pernah denger quote ini?” You don’t love someone because he’s perfect, but he’s perfect you love him.” Itu bener!


Kalau lo bener-bener sayang sama orang, standar kesempurnaan lo akan otomatis bergeser dari sosok di film-film itu jadi sosok yang lo sayangi itu. Trust me.

Thursday, 14 April 2016

Resensi Novel “How to be a Writer”



Judul                   : How to be a Writer
Penulis                 : Primadona Angela
Penerbit               : PT. Gramedia Pustaka Utama,2012
Cover                   : maryna_design@yahoo.co.id
Layout&Ilustrasi    : eMTe
ISBN                   : 978-979-22-7983-2
Harga                  : Rp.40.000

Sinopsis

Bagian Pertama:
Zoya Zinnia yakin dirinya genius dalam menulis. Bukankah Bu Molly, guru Bahasa Indonesia-nya, selalu berkata demikian? Sayang, Bu Molly cuti dan digantikan Bu Selma. Guru yang satu ini, sudah nggak bisa dandan, payah pula dalam mengenali bakat. Apa perjalanan Zoya sebagai penulis harus berhenti gara-gara Bu Selma?

Bagian Kedua:
Berminat jadi penulis? Nggak hanya sekedar mimpi. Di sini akan dipaparkan cara mengejar ide dan mengembangkannya, sehingga kamu pun, asal tekun, bisa menyelesaikan naskahmu sendiri.

***

“Ketika hati terasa lapang dan benak terang benderang, ide akan rajin datang.” – Primadonna Angela-

Kata-kata di pembatas buku ini yang mengawali saya rajin menulis lagi setelah sekian lama. Waktu saya nemu buku ini di Gramedia sebelumnya bingung tentang isi buku yang sebenernya menceritakan fiksi apa tips menulis. Meskipun di sinopsis saya juga belum nggeh juga sih, tapi entahlah saya berniat beli dan berharap buku ini memang bagus sesuai ekspetasi saya.

Dan nggak perlu waktu lama, saya udah bisa meneyelesaikan cerita bagian pertama. Bagian pertama tentang kisah Zoya yang yakin kalau dia memang genius dalam menulis, bak penulis profesional. Bermula dari angan-angan Zoya yang membayangkan hasil buah pemikirannya dalam menulis cerita untuk tugas Bahasa Indonesia akan dipuji lagi oleh guru Bahasa Indonesia. Sayangnya, angan-angan tersebut tidak berakhir manis setelah karyanya dikritik habis-habisan oleh Bu Selma. Dia merutuk habis-habisan, bisa-bisanya Bu Molly guru kesayangannya cuti dan digantikan oleh Bu Selma, yang sudah nggak bisa dandan, payah pula dalam mengenali bakat. Namun Zoya tak akan meneyerah, dia lantas balas dendam pada Bu Selma dimulai dari aksi failed melaporkan kualitas mengajar Bu Selma ke Kepala Sekolah karena telah meragukan kemampuan Zoya yang notabene penulis genius, lalu disusul membuat tulisan baru sebelum di kritik lagi karena tulisannya terlalu ngawur dan kurang riset.

Di buku ini ceritanya begitu natural dan mengalir. Kok bisa? Sebab di buku ini di ceritain banget fenomena lika-liku perjuangan Zoya untuk menyelesaikan naskahnya yang sebetulnya menjadi momok buat para penulis. Seperti-- harus mulai dari mana, kesempatan untuk memulai dari yang berbeda?, mulai dari yang kau ketahui, menikmati menulis, kesan pertama menulis, terkadang semua tak berjalan tak sesuai kerangka, ngadat deh! (alias writer blocks) dan lain sebagainya.

saya paling berkesan di bagian pandangan hobi Zoya yang dipandang sebelah mata oleh orang lain. Berasa berkaca dengan diri saya sendiri, kurang lebih Zoya menambahkan kalimat ini dalam tulisannya, yang menurut saya menyentuh sekali, “Kita nggak bisa memaksa orang mendukung semua keinginan kita, saudara dan teman, bahkan keluarga terdekat, tidak dapat kita harapkan untuk menyemangati kita dalam menulis. Jalan sebagai menulis tidak selalu mudah, dan musuh terbesar adalah keragu-raguan. Sekaligus sulitnya memotivasi diri sendiri. Tapi kalau mau jadi penulis, ya kita harus bisa, tidak ada pilihan lain. Hanya kamu yang bisa, hanya kamu yang dapat menentukan akan mau terus menulis atau berhenti di tengah perjuanganmu.”

Cerita ini berakhir manis, tentu saja. Zoya menyadari kalau semua kritikan Bu Selma memang benar, semuanya terjadi setelah menyelesaikan naskah ceritanya yang butuh perjuangan berat. Misalnya kejadian dia harus mengasuh anak tetangga bandelnya minta ampun, sementara ibu sang anak sedang sakit. Dengan begitu, dia bisa mengenal dunia anak kecil yang jauh dari cerita yang ia buat sebelumnya. Itung-itung sambil riset yang dianjurkan Bu Selma. Belum lagi kendala lain seerti kesulitan Zoya mengatasi writer block. Akhirnya ceritanya yang baru jauh kebih baik dibanding sebelumnya dan Bu Selma mengakuinya. Beberapa bulan kemudian Zoya datang ke acara meet&greet penulis favorit sekaligus inspiratifnya untuk bertemu dengan penulisnya langsung. Yah maklum ini penulisnya Zoya nggak tahu mukanya gimana, dia bawa tuh semua series buku penulis favoritnya buat ditanda tanganin, siapa lagi penulis favoritnya kalau bukan Andita Letta. Eh ternyata, Anditta Letta itu tak lain tak bukan itu Bu Selma, dan merosotlah bahu Zoya mengetahui kenyataan sebenernya. [ini endingnya aku senyum-senyum sambil bilang “syukurin, nah loh malu kan? Wkwkwk]

Di buku Bagian Kedua, di sini Primadona Anggela membahasa lebih lanjut untuk cara menjadi seorang penulis. Di uraikan di bagian bab berikut:

Prolog
    I.      Awali dengan Niat
   II.       Cari Tahu Motivasimu
  III.      Menulis Sebagai Hobi atau Profesi?
  IV.      Apa yang Ingin Kamu Sampaikan?
   V.      Menggagas Ide
  VI.      Ciptakan Zona Nyamanmu
VII.      Mulai dengan Ide yang Solid
VIII.      Ayo Menulis!
  IX.      Latar
   X.      Karakter
  XI.      Konflik
XII.      Show, Don’t Tell
XIII.      Mengatasi Writer Block
XIV.      Menerbitkan Naskan
TISP MENULIS
KESIMPULAN


Buat yang mau membahas tips menulis lebih lanjut di buku ini bisa nanti saya rangkumin bab yang kalian ingin saya jabarkan, misal tentang XII Mengatasi Writer Block. Bisaa tuh nanti saya bahas di postingan selanjutnya. Atau kalau mau tanya-tanya bisa langsung ke mbak Primadona Angela langsung. Sebagai penulis Teenlit dan MetroPop, karya-karya Primadona Angela mengusung kehidupan sehari-hari dalam cerita yang menyentuh dan menggelitik. How to be a Writer adalah buku kedua puluhnya.

Mantan Jadi Teman. Yakin?

Kita masih berteman
Walau tidak pacaran.
Persahabatan jangan diputuskan.
Cuma teman biasa.
Bukan pasangan mesra.
Persahabatan untuk selamanya....
♫Mantan Jadi Teman [Endank Soekamti feat Melanie Subono]

Ah ... rasanya ini kisah klasik anak remaja terutama anak-anak Sma juga nggak luput dari kata Mantan jadi Teman. Tapi pada kenyataannya, ngomong itu nggak semudah mengusap debu di permukaan kaca. Bisa dibandingkankan presentasinya itu 10:100 yang berhasil menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan sang mantan. Bukanya sok curhat atau apa, beneran deh. Ini Cuma yang pernah diceritain temen-temen dan yang udah ada disekitar saya. Kamu ngerasa nggak dulu yang sering ngobrol-ngobrol manja sama pacar pas ketemu, chattingan atau teleponan sampe malem. Dan semuanya akan sirna ketika status kalian udah berubah. Jangankan ngobrol, basa-basi atau saling menyapa pas ketemu aja udah enggan. Kalian lebih memilih diam bahkan cuek.

 Why?

Bukannya semua berawal dari teman, lalu kemudian kalian pendekatan dan sering ketemu perasaan itu kian lama makin akan memupuk bibit-bibit cinta monyet kalian? :D Lantas kalau udah pernah jadi teman dan udah kenal aja, kenapa semuanya terasa sulit balik lagi ke status awal meskipun rasa cinta kalian dulu udah pupus?

Yaps, faktor utamanya Cuma 2 kok. Dari Ekstern dan Intern.

Kalau Ekstern lebih singkatnya, faktor luar yang disebabkan oleh konflik-konflik sebelum kalian putus. Jangankan buat balik jadi teman, ketemu aja muka udah ditekuk saking menguarnya aura-aura permusuhan kalian. Jadi solusinya sih, lebih berfikir dewasa aja. Dampak permusuhan itu ke depannya. Lapang dada, dan sedikit nurunin ego buat salah satu mengaku salah dan minta maaf.

Sementara faktor Intern itu yah dari diri sendiri. Udah kebanyakan baper duluan pas liat sang mantan. Seandainya aja sering kontak-kontakan lagi pasca putus kan kalian jadi nggak kebawa baper. Bukan malah dengerin lagu-lagu mellow dan baca quotes yang malah bikin baper. Jangan dipupuk lah bapernya nanti jadi bibit penyakit yang bernama galau. J terus solusinya? ya pemicu di atas tadi diusahin dikurangin, namun jangan berlebihan juga. Udah tahu mantan udah move on kalian malah sksd dengan dalih, mau jadi temen lagi setelah baca blog dari saya. Wadaww. Bahayo! wkwk.

Tapi kalau udah ada niatan jadi temenan lagi, tapi dia yang keburu nggak mau gimana?

Ya udah nggak papa, setidaknya dirimu pernah berjuaang, meski tak pernah ternilai di mantanya wkwk [malah nyanyi]. Benerran deh kalau nggak mau jadi temen lagi ya kalian cukup tahu diri dan nggak usah ganggu dia lagi. Cukup tau aja.

Yah untuk poin terakhir ini saya ngalamin dengan teman dekat saya, bisa dikatakan friendzone juga sih. Udah lama nggak saling sapa karena salah paham tentang presepsi orang-orang karena kedekatan saya dan dia membuat kita terpaksa harus menjauh. Nggak kerasa udah 6 tahun sering ketemu tapi nggak pernah saling sapa. Dan entah kapan karena keiinginan saya untuk ingin berteman lagi dengannya,jadi suatu ketika, saya pernah nyapa dia dan bertukar kabar. Saya senang akhirnya bisa meruntuhkan tembok pemisah yang membuat silaturahmi kami lama terputus. Entahlah, itu nggak berlangsung lama setelah reaksinya Cuma datar malah cuek atau ah—yah sudahlah. Mungkin dia maunya seperti itu. Mungkin juga udah lama nggak pernah silaturahmi kaya dulu jadi kaku gini. Yang penting saya udah mastiin kalau ekspresinya menyiratkan nggak ada aura dendam atau apalah sama saya.

Kesimpulannya, jadi orang jangan baperan kalau nggak mau terlihat lemah. Jangan juga jadi orang pendendam juga. Terakhir, jangan berlebihan mencintai makhluk ciptaan Allah SWT melebihi rasa cintamu kepada Allah SWT.
Seperti kutipan kata seorang novelis Susi Susanti, “Seperti yang pernah kukatakan padamu. Aku mencintaimu karena melihat Tuhan dalam dirimu. Aku bisa meninggalkanmu tapi bagaimana bisa aku meninggalkan Tuhan?”

SEMOGA BERMANFAAT (^_^) ... 

Sunday, 10 April 2016

Penulis (sukses) Sebenarnya Punya Ilmu Ghaib. Percaya?

Eitss ... Sebelumnya saya mau minta maaf dulu sebelum ada yang protes. Percaya nggak percaya yang bisa buktiin itu penulis itu sendiri.
Kalau ada yang tanya, ngapain sih bikin postingan beginian? Yah kalian orang awam biar tahu aja yang suka ngeremehin dan ngebully kegiatan seorang penulis yang katanya nggak berguna apalagi nggak ada keren-kerennya.
Masih ragu juga? Oke, mumpung saya lagi baik hati, hari ini saya bakal buka kartu deh. Meskipun saya masih amatiran baru nulis 60 tulisan pendek dan beberapa opini juga. Tapi saya ngerasain kok, ternyata penulis lebih hebat dari superhero. Why?
Alasan Pertama
Penulis (sukses) kok punya ilmu ghaib? Jangan-jangan dia pake pelet biar bukunya laris?
Kalau emang iya kenapa, tapi penulis lebih terhormat nggak pake pelet juga keles. Penulis yang sukses itu sebenernya punya berbagai macam ilmu yang bisa diaplikasikan pada ceritanya.
Misal, penulis mau bikin cerita latar perang dunia. Nah iya kalau masih ada orang hidup di masa sekarang buat bikin cerita perang dunia, kalau udah almarhum? Jadi penulis yang mau bikin cerita perang dunia harus punya ilmunya perang dunia meskipun nggak banyak, istilahnya biar feelnya dapet. Itu berlaku buat semua latar dan alur cerita, kalau mau bikin cerita tentang kedokteran juga penulis diharuskan mengenal dunia kedokteran, ya setidaknya istilah umum dan alat-alatnya.
Terus gimana kalau saya bukan dari kalangan tentara atau dokter? Tapi ingin membuat cerita seperti di atas?
Jawabannya, penulis akan menggunakan ilmu ghaibnya tadi. Nah keren kan? Kalau kamu bukan dari kalangan dokter tapi bisa bikin cerita kedokteran sampai pembaca tertipu dengan identitasmu yang bukan dokter. Lucu kan? Nah itulah tadi kenapa saya bilang ghaib.
Alasan kedua.
Ilmu ghaib yang dimiliki penulis (sukses) bisa sebanding dengan kemampuan nenek sihir.
Hii ini sedikit ngaco, tapi maklumin aja namanya juga analogi. Udah tahu kan, kalau nenek sihir yang ingin berubah jadi seorang putri salju harus punya ramuannya? Kalau penulis mah nggak punya ramuan tapi punya ilmu ghaib tadi  yang bisa digunakan buat berubah jadi sosok apa aja. Entah dokter kek, ceo kek, bahkan kakek-kakek.
Kok bisa? ya itu tadi, seorang penulis akan belajar dari ilmunya mendalami jiwa dan karakter yang akan menjadi tokoh ceritanya. Itu akan berguna sebelum membuat cerita.
Alasan ketiga. Penulis lebih berbahaya daripada Mafia.
Buat kalian yang takut sama Mafia, lebih takutlah pada penulis. Atau sebenernya kalian lebih ngefans sama aksinya pas membunuh atau merampok bank?
Hey guys, pikir pakai logika ya? Kalian biasanya liat aksi mafia itu dimana? Di televisi kan pas lagi nonton film action (bukan pas nonton acara gosip :D) Nah film mafia itu buatan siapa? Buatan penulis juga kan? Kalau nggak ada penulis skenario mana bisa kita bisa nonton film aksi-aksi mafia yang diperlihatkan bisa jadi keren kalau bukan karena penulis yang menciptakan ceritanya? Dan ada beberapa juga kok cerita begituan dipraktekin oknum yang tidak bertanggung jawab buat melakukan aksi kejahatan. Bisa nebak kesimpulannya teman?
Sekarang, kenapa dari tadi bahas penulis sukses yang punya ilmu ghaib di judul? Bukannya penulis itu sama aja?
Yapss. Pada hakikatnya penulis itu sama aja. Entah laki, permpuan, anak-anak, tua, dokter, pengangguran sekalipun.
Sukses di sini bukan dibedakan dari 'apa dia berhasil mengangkat ceritanya jadi buku/film' tapi dilihat dari seberapa keras perjuangannya untuk mencapai titik kesuksesan tersebut.
Suksesnya penulis itu macem-macem; Ada yang sukses buat ceritanya disukai banyak orang meskipun dia nggak dapat royalti apapun tapi yang penting dia udah puas dan bahagia. Ada juga penulis yang berhasil mendapatkan keuntungan dari kegiatan menulisnya seperti ketenaran,royalti dan sebagainya.
Selama perjuangan menjadi penulis itu nggak mudah tapi menyenangkan. Dari berkorban waktu,tenaga dan uang. Seperti saat siswa menimba ilmu di sekolah juga gitu, nggak langsung pinter juga. Dia harus terus belajar dan belajar biar ilmunya bertambah. Kalaupun dia dapat pujian atau kritikan dari gurunya nggak boleh putus asa, penulis juga gitu. Dia harus riset dulu biar dapet ilmunya yang kata saya tadi ghoib itu wkwk saat sebelum membuat cerita. Riset bisa dari tanya ke narasumber, belajar dari buku lain, dan observasi langsung. Tapi sekarang mah canggih tinggal tanya kumaha sama mbah google yang serba tahu.
Kalau penulis yang cuma asal ngarang cerita, marah kalau dikasih kritik-saran, nggak mau riset dan mencoba hal baru. Jangan harap kamu bisa sukses. Bisa-bisa kamu mentok itu-itu mulu. Kasian deh nggak bisa mewujudkan 3 hal dari penulis sukses diatas.
Di sini saya nggak menggurui kok tenang aja ilmu saya masih nggak sebanding dari kalian, tapi jangan terlalu terlena juga kalian. Kalau suatu hari nanti, saya bisa jadi lebih hebat dari orang-orang yang suka nyepelein kaum macam saya. Resiko ditanggung sendiri meskipun kalian guling-guling kaya kuda lumping.
Sekian ... Dan semoga bermanfaat (^_^)