Tuesday, 26 April 2016

JUDGEMENT & FRIENDZONE || Twivortiare 2 by: Ika Natasha


Aisshhhh, sebenernya bingung sih judulnya nyambung nggak di edisi #KonsultasiRelationship versi Alexandra. Jadi simak nih moga aja dapat pencerahan buat kalian para friendzone yang lagi dilema ...

Quotes by Novel Ika Natasha – Twivortiare

Lagi pula, baik atau nggak itu relatid. Purelly subjective judgement.
Jadi nggak usah capek-capek banding-bandingin kisah cinta atau pencarian cinta lo dengan orang lain. You have your own story.

Dan nggak usah juga caspek-capek menilai: “Ih dia nggak pantes banget sama si itu, pantesan gue”. Elo siapa juga punya hak menilai?

By the way, coba gue tanya deh, ada nggak di antara kalian yang naksir seseorang tapi nggak berani bilang? Karena takut dianya nggak suka terus jadi jauh dan bubar.

Saran gue: jangan pernah pakai kata “Teman”



Misalnya  : lo pake kata “Teman,” si laki-laki itu yang tadinya-mungkin-juga suka sama llo pasti agak-agak berubah.

Gue bingung juga jelasin gimana caranya nembak laki-laki secara halus, nggak pernah soalnya.

Tapi when i like somebody, i tell him.

Walau dengan kalimat sederhana “i think i like spending time with you. I don’t know why, i just do.”

Kalau perasaan itu berbalas, pasti laki-laki itu senyum agak berbunga-bunga.
Gini. Mending bilang tapi ditolak, atau diem-diem aja dan “menonton” dia mencintai orang lain eventually?

Nembak tapi ditolak itu fungsinya buat wake up call supaya lo move on dan  nggak mikirn yang itu aja.
Supaya berhenti berharap.

Sometimes women can be clueless. Naksir laki-laki, diem-diem aja, senyum-senyum aja, dan berharap si laki-laki namgkep. Man are not min readers!
Bilang aja. Cara bilangnya gue nggak bisa ngajarin. Lebih baik nangis 3 hari karena ditolak, daripada menangis dalam hati bertahun-tahun memendam rasa.


Dan selama lo masih berharap, lo otomatis menutup hati lo dari melirik yang lain. Yang rugi lo sendiri. Menutup kesempatan.

No comments:

Post a Comment