Saturday, 28 May 2016

Resensi Novel Tsani & Athaya


“Terima kasih sudah mencintai hatiku yang gelap dan kejam. Membantuku kembali bangkit dari jurang yang mematikan dan membawaku pada dunia yang terang dan hangat.” Hal 94



Judul          : Tsani & Athaya
Oleh           : Susan Arisanti
Editor         : Tien Warotul
Desain Cover: Nurul Pratiwi
Penata Letak: Izzah Ezzizah
ISBN           :978-602-1168-50-9
Penerbit      : Griya Pustaka
Cetakan      : Pertama  April 2015

Sinopsis
Tsani ingin hidup bersama pria yang menikahinya karena Allah. Ia ingin menjalani kehidupan sesuai apa yang ia yakini. Namun, ketika Athaya datang padanya dengan sebuah alasan, ia tak mampu menolak. Meski ia tahu bahwa Athaya sama sekali bukan suami ideal baginya.
Banyak hal mendasar yang mengakibatkan mereka berbeda, terlebih Athaya seorang atheis yang berkebalikan dengan Tsani. Juga dosa-dosa masa lalu yang mengancam hubungan mereka.
Akan tetapi, bukankah seburuk apapun masa lalu seseorang, masa depannya masih suci?


Jujur, saya udah suka banget sama semua karya mbak susan ini, selain mengangkat sisi agama, kadang dia juga mengangkat sisi ilmiah—kalau nggak gitu diselipin filososfi ilmiah+agama yang kalau ga salah bisa dibilang ilmu tasawuf juga. Apalagi waktu ada adegan ala-ala intel sama actionnya beuuhhh. Keren deh untuk ukuran penulis cewek. Mbak susan ini fleksibel banget lah. Perpaduan yang pas! Awalnya saya belum tahu sama novel ini. Malah saya baca yang seri ke dua di wattpad. “Ranjang Yang Ternoda” tahun 2014 bacanya. Dan baru sempat kebeli novel ini tahun ini. Itu juga asal mulanya ada temen fb nitip beli novel ini ke aku, sayangnya pas novelnya dateng eh dia nggak muncul, tapi aku nggak kecewa-kecewa banget, lumayan lah buat koleksi pribadi. Buat yang belum baca, saya harap refrensi ini semoga membantu buat kalian yang cari novel islami dengan sentuhan antimainstream. “kedip-kedip manja ke kak Susan udah promosiin juga wkwkwk”

Kisah berawal dari Athaya Nurpati. Keluarga konglomerat Indonesia yang memiliki kekayaan dimana-mana. Sedang mengincar sertifikat aset pesantren ayahnya Tsani. Awalnya mereka Cuma berkompromi biasa yang cukup alot dan berakhir dengan kesepakatan Tsani menikah sirih dengan Athaya demi menyelamatkan pesantren sang ayah.

Saat malam pertama Tsani meminta sang suami untuk melakukan shalat malam pengantin sebelum melakukan hubungan suami istri. Athaya menolak karena dia tidak mau mempercayao keberadaannya Tuhan dan menjadi Atheis akibat luka di masa lalunya.

Tsani berusaha sekuat tenaga untuk membantu suaminya untuk kembali ke jalan yang benar meskipun niatan baik tidak selamanya berjalan mulus—semulus paha ayam wkwk.

Dan saat Athaya sudah mulai membuka hatinya utuk belajar menerima Tuhannya, sekaligus Tsani sebagai istri yang mulai dicintainya. Tiba-tiba sang Ayah Athaya tidak merestui hubungan mereka. Lalu mengancam Tsani agar bersiap-siap untuk meninggalkan Athaya sebelum Athaya membuangnya layaknya sampah.

Bukan karena perbedaan status dan derajat Tsani-Athaya yang menjadi penghalang seperti dugaan Tsani, jauh lebih dari itu. Rasyid tidak ingin anaknya—Athaya menyakiti Tsani yang sebenarnya perempuan itu terlalu baik untuk anaknya yang bejat.

Konflik bermunculan kembali saat sebuah fakta akan pesantren Abah Tsani memang merupakan tanah hibah dari Rasyid, keteledorannya akan sertifikat tanah hibah tersebut yang masih tersimpan di perusahaan, belum lagi dia jarang mengawasi anaknya setelah kematian istrinya. Membuat semua kekacauan semakin runyam mengakibatkan pada hubungan Tsani-Athaya.

Namun, Athaya tidak tinggal diam. Dia berjuang untuk mendapatkan restu sang ayah dan ayah mertuanya untuk rujuk kembali. Akhirnya, mereka mau mempertimbangkan untuk menyetujui rujuknya Athaya dan Tsani kembali mengingat Tsani sekarang sedang mengandung. Tapi dengan syarat, Athaya harus menghafal kitab Alfiah sebelum bayinya lahir kalau tidak—impian itu hanya angan-angan semata.
Last, cerita ini berakhir dengan happy ending. Sebab, syarat yang diajukan bisa dilalui Athaya dengan baik, karena dulu Athaya sempat menimba ilmu di pondok pesantren juga.

Berikut ada beberapa quotes yang aku suka nih, tenang aja masih ada banyak kok di bukunya.
1. “Kenapa Allah menciptakan sela diantara jemari, agar suatu saat ada yang menggenggamnya dan menguatkannya atas nama cinta.” Hal 41

2. “Bukankah itu manfaat persahabatan? Tatkala dunia mengucilkanmu,membencimu dan memusuhimu, sahabat selalu berdiri di sisimu. Menguatkan hatimu yang rapuh dan mengingatkanmu—ada Tuhan yang selalu mengenggam hidup dan membolak-balikkan hatimu.

3. “Melepaskan orang yang kita cintai jauh lebih susah dibanding menerma cinta yang baru. Jadi ...,”

4. “Ia sudah mengalami jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, patah hati sepatah-patahnya, dan sekarang, gilirannya untuk bangkit, mendewasa dengan berbagai luka.” Hal 77

5. “Kau dengar jantungmu? Bisa merasai detaknya? Seperti itulah Tuhan. Kita mungkin tidak bisa melihatNya, akan tetapi kita bisa merasai kehadiranNya.” Hal 79

6.”Pernikahan bukan hanya tentang dua hati yang mencintai, dua orang yang saling membutuhkan. Lebih dari itu pernikahan adalah tentang dua keluarga—yang harus melebur dan berhimpun di dalamnya.” Hal 84

7.”Tak ada terima kasih dalam cinta kita. Cukup kau menggunakan seluruh sisa hidupmu untuk mencintaiku, maka itu cukup untuk membalasku.” Hal 94

8.”Menikah selain menyempurnakan separuh agama juga menjaga dari kejahatan syahwatku.” Hal 117

9. “Yah, seseorang memang tak bisa memilih siapa orang tua mereka, namun kita memiliki hak untuk memilih mau hidup seperti apa.” Hal 117

10. “Analoginya sederhana, sekuntum mawar yang cantik pun bisa tumbuh di dasar jurang sehingga seburuk apapun tempat kita berada, semua tergantung pada sekuat apa kita memegang prinsip. Prinsip bukan hanya tentang apa yang baik, sebab ukuran baik selalu relatif di mata setiap orang. Rasanya, tak ada ukuran baik-buruk secara jelas. Namun, jika berbicara tentang kebenaran, muaranya hanya satu-kaidah keyakinan yang kita miliki: agama.” Hal 122

11. “Kalau hidup bisa dipandang seder hana, mengapa harus diperumit.” Hal 123

12.”Aku memang jauh dari kata sempurna, namun aku bersedia berubah untukmu karena Allah.” Hal 148
13.”Hidup bukan tentang seberapa besar kesalahan di masa lalu tapi bagaiman memperbaiki diri dimasa sekarang untuk masa depan.” Hal 150

14.”Temui Tuhanmu, ia menunggumu datang dan mengadukan beban, biar Dia yang menyentuh  jiwamu dengan kasih sayangNya.” Hal 151

15.”Siapa yang memaafkan kejahatan orang, dan berbuat baik padanya maka pahalanya dijamin oleh Allah atas tanggungan Allah dan diberi balasan yang sebaik-baiknnya. Tidak sukakakh engkau Allah menanggng pahalamu, Tsani?” hal 151.

16.”Memaafkan adalah bentuk tertinggi dari pengertian dan bentuk terkuat dari kasih sayang.” Hal 152

17.”Di dunia ini tak ada yang mudah, tetapi tak ada yang tak mungkin.” Hal 152

18.”Abbah, aku mencintainya, tapi ... dengan seluruh masalahku yang buruk, bersamaku hanya akan membuatnya sakit. Aku tak mau melihatnya bersedih. Aku hanya ingin membahagiakannya. Hanya itu yang kuiinginkan Abbah.” Hal 154

19. “Kenapa Islam disebut agama rahmatul lil alamin—rahmat bagi seluruh alam—karena dalam agama yang ia yakini ini, ia merasakan banyak kasih sayang. Sekali pun dengan masa lalu yang kelam, masa depannya berisi orang-orang yang menyanyanginya dan memberi kekuatan untuk bertahan.” Ha; 154

20. “Bahagia itu sederhana, menyebar cinta kasih di muka bumi, bersaudara karena Allah dan siapa pun kita berhak untuk itu.” Hal 165.

Kelebihan buku ini, seperti yang saya katakan di awal. Buku ini merupakan perpaduan religi dan ilmu ilmiah yang menarik. Ditambah ceritanya tentang pernikahan lagi ngetrend yang sebenarnya awalnya mainstream, bisa dikemas dengan baik oleh mbak Susan. Satu lagi, saya suka banget dengan judul tiap su-bab nya yang menarik juga. Misal, bab 2 yang berjudul “Pelacur Halal.” Kalau belum baca pasti bingung kok ada pelacur yang halal? Tapi kalau udah baca ya ... pasti mesem2 sendiri. Ada juga tuh judul “Merindu Angin.”

Kelemahan buku ini itu, maaf aku kurang sreg sama kualitas bukunya, bukunya itu kertasnya ampir lepas sama covernya. Istilah jawanya sih mbordolan bukunya. Dan satu lagi, covernya yang visualisasi Athaya kartunnya aku ngerasa nggak ngeggambarin  Athaya banget sih terlalu cowok untuk ukuran pria dewasa macam Athaya. Buat yang nggak tahu pasti dikira ini novel teenlint, padahal kan nggak. aku sih lebih suka cover versi wattpad pertama dulu.

Untuk kalian para pembaca, sequel masih berlanjut nih menceritakan anaknya Ataya-Tsani. Bisa tuh, di cek di wattpad.

By the way mbak Susan, aku membuat ini sebagai apresiasiku akan penggemar tulisanku. Semoga suka dan saya mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.

Semoga bermanfaat ^_^




No comments:

Post a Comment