Sunday, 6 March 2016

Mistake Marriage (Arin Story)

Mistake Marriage (Arin Story)



Di hari kita berjumpa.
Membeku, aku berdebar.
Sejak pertama kali.
Aku tahu telah kutemukan rumah bagi hatiku.
Berdetak cepat.
Warna-warni dan janji-janji.
Bagaimana agar berani.
Bagaimana mungkin aku mencinta jika aku takut terjatuh.
Tapi melihatmu sendirian
Tiba-tiba semua raguku hilang begitu saja.
Selangkah lebih dekat

***
“Fokus Arin, Jonathan sudah menunggumu dibawah dan acara segera dimulai.” Ujar Syarifa mengingatkan.

Arin menarik napas dalam-dalam, menguatkan diri agara tenang. Musiknya familier, A Thousand Years milik Christina Perri versi acapella. Konsentrasinya terpecah ketika membayangkan Jonathan mengendongnya agar tak pelu repot-repot menggerakkan kakinya meuju altar. Kini musik terdengar lebih keras dan anggun. Arin mengenalnya sebagai pertanda bahwa ia harus segera menuju altar.

“Jaga aku jangan sampai jatuh, Ayah.” bisik Arin perlahan, stiletto putihnya begitu menyiksanya harus betul-betul menjaga langkahnya, salah sedikit saja stiletto sialan ini akan menertawakannya karena terjungkal.

Ayahnya mengangguk. “Melangkah satu-satu. Jangan gugup, rileks Arin sayang,” gumamnya. Sementara sang ayah menarik tangan Arin agar melingkari tangannya dan digenggamnya erat-erat pergelangan tangan Arin.

Waktu begitu berjalan sangat lambat untuk melalui jalan beralaskan permadani merah yang membawanya ke altar.

Sesekali Arin melirik bunga-bunga yang sudah menghiasi bak pita-pita mengantung. Deretan kursi di kanan dan kirinya terlihat beberapa tamu undangan duduk disana, pipinya semakin merona menyadari saat seluruh kerumunan wajah yang semuanya terfokus pada Arin. Sampai akhirnya Arin menemukan dia, berdiri bersama pendeta.

Selama beberapa detik perhatian Arin teralihkan. Yang dilihat hanyalah wajah Jonathan. Wajahnya memenuhi mata Arin dan menrati pikiran sang pengantin wanita. Mata hitam Jonatahn berkilau. Wajahnya  nyaris sempurna terlihat tenang didepan semua orang, tapi Arin tahu dia sangat gugup seperti dirinya. Kemudian saat pandangan matanya bertemu dengan Arin, Jonathan tersenyum-senyum bahagia yang membuat nafas Arin tercekat.

Tiba-tiba genggaman Ayahnya terlepas. Jonathan mengulurkan dan Ayah meraih tangan Arin, seperti tradisi yang sudah belangsung berabad-abad. Meletakkannya di tangan Jonathan. Arin menyentuh tangan Jonathan yang dingin. Dan sampailah Arin di tempat seharusnya, altar.

Janji setia mereka sederhana, kata-kata tradisional yang sudah diucapkan beberapa juta tahun lalu yang sudah diucapkan jutaan kali meskipun mereka belum pernah mengucaapkannya. Sebentar lagi.

Arin menatap mata Jonatahan  dalam-dalam saat pendeta mengucapkan bagiannya.  

Sorot matanya memancarkan kebahagiaan, dan seakan mengajaknya berbicara melalui matanya bahwa tidak ada hal yang bearti kecuali Jonathan akan bahagia bersama Arin.

Arin baru sadar dirinya menangis setelah tiba waktunya mengucapkan janji setia.

“Saya bersedia,”  ujaranya menghembuskan napas lega akhirnya berhasil mengeuarkan kata yang semenjak tadi tersangkut di tenggorokannya. Berulang kali ia mengerjab-nerjabmata untuk menyigkirkan air mata agar bisa melihat wajah Jonathan.

Pendeta menyatakan mereka sah sebagai suami istri,  kemudian kudua tangan Jonathan terangkat, direngkuhnya wajah Arin hati-hati. Seolah wajah Arin adalah butiran debu yang akan hilang tertiup angin. Jonatahan menurunkan kepalanya ke kepala Arin,. Arin berjinjit, mengalunkan kedua lengannya sambil memegang buket bunga pada leher Jonatahan.

Diciumnya Arin dengan lembut dan mesra.  Keduanya melupakan para tamu,tempat, waktu dan alasan. Yang mereka ingat hanyalah bahwa keduanya saling mencintai dan kini saling memiliki.

Para tamu bersorak, melihat pasangan pengantin baru di depannya. Mereka menyadarinya, wajah Arin semakin bersemu merah menahan malu.
DOOR!

Jonathan menoleh seketika mencari sumber suara tersebut, betapa terkejutnya seperti slow motion melihat seorang sniper mengarahkan senjatanya kearah istrinya. Segera ia membalikkan dirinya melindungi Arin dari marabahaya yang bisa mengancam orang yang dicintainya.

***
“Kau tidak perlu menangis terus-menerus Arin, Jonathan sekarang sudah bahagia di surga,” hibur Meta sembari menepuk pelan-pelan  bahu putrinya.

“Tapi ini semua salahku. Tinka itu mengicarku bukan Jonathan. Ini semua salahku Bun.”

“Kita semua sudah tahu, Jonathan ingin melakukan yang terbaik untukmu. Mungkin Brother Complex yang dialaminya adiknya membuat ia depresi mengetahui kalian berdua menikah sementara adik tirinya masih mencintai kakaknya,Jonathan.”

“Jangan berkata apapun lagi Arin. Adik tirinya sekarang sudah menyesal atas perbuatannya. Kamu harus tahu itu!”

Arin menghela nafas sesaat. “Saat aku tahu kamu udah nggak ada, aku selalu berharap semua itu Cuma mimpi. Aku berharap  di saat aku terbangun, kamu ada disisi aku dan berkata kamu nggak akan pernah ninggalin aku.” Air mata Arin makin deras.
Arin menatap batu nisan Jonathan sendu di hadapannya. “Tapi sekarang aku sadar, ternyata kamu pria paling berharga untuk dicintai banyak orang karena kebaikanmu. Dan sampai deik ini pun rasa cintaku padamu tidak akan pernah pudar John, malah semakin bertambah. Aku berjanji aku akan membuat hidupku lebih bermakna untuk diriku dengan menaburkan kebaikan-kebaikan sepertimu, Jonathan Pramudya.”
END

DEDIKASI CERITA UNTUK ARIN YANG ENTAH KEMANA MENGHILANG MUNGKIN SEBAGAIK PROJECT MISTAKE MARRIAGE KU UNTUK KESEKIAN KALINYA, MUNGKIN TINGGAL 1 CERITA LAGI DAN HUTANGKU UDAH LUNASSSSSSSSSSSSS YEPIIIIII J MAAF KALAU FEELNYA GAK DAPET AKU NGERASA DENGAN MEMBUAT CERITA PAKE POV ORANG KETIGA SUSAH  AMPUN DEH AMBURADUL GINI, GAK BERANI BANYAK-BANYAK. YA INTINYA SIH MASIH KEMARIN ADA YANG COMENT-COMENT BROTHER COMPLEX GITU MANGKANYA TERCETUSLAH CERITA INI.
NIGHT J


No comments:

Post a Comment